Rabu, 23 Maret 2011

Konvergensi Media


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa sejumlah perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia. Sekarang ini masyarakat dapat memperoleh informasi secara cepat dan lengkap dengan adanya jaringan komputer yang saling terhubung dari seluruh penjuru dunia(internet). Mekanisme baru dalam berkomunikasi, ditandai dengan penggunaan multimedia dimana teks, suara, gambar atau grafis dapat diakses sekaligus ke dalam seperangkat media, telah mendorong perubahan diberbagai aktivitas industri komunikasi.

Era Konvergensi Media
Teknologi informasi mutakhir telah berhasil menggabungkan sifat-sifat teknologi komunikasi konvensuional yang bersifat massif dengan teknologi komputer yang bersifat interaktif. Fenomena ini lazim disebut sebagai konvergensi media, yakni bergabungnya media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. Konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya.
Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, karena seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari format analog ke format digital sehingga dikirim ke dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi yang dikirim merupakan format digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif yang mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus komputasi. Maka jangan heran jika sekarang ini komputer dapat difungsikan sebagai pesawat televisi atau telepon genggeam dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G)

Dalam konteks yang lebih luas, konvergensi bukan saja hanya memperlihatkan perkembangan teknologi yang kian cepat. Konvergensi mengubah hubungan antara teknologi industri, pasar, gaya hidup dan khalayak. Singkatnya, konvergensi mengubah pola-pola hubungangan produksi dan konsumsi, yang penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan. Di negara Amerika sendiri terdapat tren menurunnya pelanggan media cetak dan naiknya pelanggan internet. Bahkan diramalkan bahwa dalam beberapa dekade mendatang negara tersebut masyarakatnya akan meninggalkan media massa tradisional dan beralih ke media konvergen. Jika tren-tren seperti itu merebak ke berbagai negara lain, bukan tidak mungkin suatu saat nanti peran pers online akan menggantikan peran pers tradisional.




Konvergensi memberikan kesempatan baru kepada publik untuk memperluasa pilihan akses media sesuai selera mereka. Dari sisi ekonomi media, konvergensi berarti peluang-peluang profesi baru di dunia industri komunikasi. Tidak kalah pentingnya di dalam mempersiapkan sumber daya yang mampu merespon kebutuhan pasar ke depan adalah sektor pendidikan. Pendidikan sekarang harus mampu merespon tantangan perubahan yang salah satunya diakibatkan oleh merebaknya media konvergen.

Dalam arti paling umum, konvergensi berarti penghalang lama yang sebenarnya memisahkan ICTS menurut sejumlah dimensi : antara industri dan industri, antara aplikasi dan aplikasi, antar produsen dan konsumen, antara negara dan negara. Masing-masing mempengaruhi kepemilikan minoritas, penggunaan dan akses teknologi informasi (TI) dengan berbagai cara.
• Industri-Industri
Konvergensi teknologi-teknologi baru melenyapkan perbedaan fundamental antara berbagai industri, antar industri telepon dan industri komputer, antar pencipta content (isi pesan) dan oentransmisinya, dll. Industri-industri yang dulunya berbeda dan terpisah kini berkonvergensi menjadi industri yang lebih tercampur dan terpadu, baik lewat merger, akusisi, dan persaingan pasar.
• Aplikasi-Aplikasi
Konvergensi ini paling dirasakan oleh konsumen, ketika mereka secara pribadi merasakan runtuhnya pemisah antara berbagai teknologi dan aplikasi komunikasi dan informasi. Teknologi telepon misalnya, kini sudah bercampur dengan mesin penjawab , fax, photocopy, printer, scanner, internet, handphone juga bisa digunakan untuk menerima e-mail dan melakukan transaksi perbankan. Kini banyak peranti informasi bisa melakukan apa saja.
• Produsen-Konsumen
Yang terutama penting bagi kalangan minorotas adalah perkembangan Internet telah membongkar tembok pemisah antar produsen (pembuat pesan) dan konsumen. Kini siapa saja bisa membuat dan mengirim pesan leawt Internet ke audience yang jauh lebih besar, dan pesan yang dibuat itu tidak melalui saringan dari pihak pemerintah ataupun swasta komersia.

Persoalan yang Muncul
Apakah konvergensi menjurus kepada kompetisi (persaingan antarmedia dan media yamg lebih beranekaragam) atau konsentrasi (penumpukan kepilikan media dan monopoli)? Ada dua pandangan yaitu :
Konvergensi mendorong terjadinya kompetisi yang lebih besar
Konvergensi mendorong terjadinya konsentrasi yang lebih besar

Pengaruh Konvergensi di Indonesia
Seberapa jauh sebenarnya Indonesia sebagai negara yang masih tertinggal sarana informasi dan telekomunikasinya memanfaatkan kemajuan itu? Hal ini kemudian dijawab oleh Telkom dan perusahaan telekomunikasi lokal lainnya untuk mengubah arah stategi dan taktik bisnisnya. Dirjen Postel pun semakin sibuk dengan berbagai regulasi yang mengatur berbagai layanan baru yang mungkin muncul di bidang informasi dan pertelekomunikasian. Lebih jauh lagi, Indonesia pun mengaktifkan kembali Departemen Penerangan yang sempat dibekukan dengan melahirkan Departemen Infokom untuk mewadahi semua aspirasi yang mungkin dari konvergensi yang muncul di era dijital itu.
Kalau boleh disimpulkan, konvergensi di Indonesia dimulai dengan munculnya layanan akses internet kepada masyarakat. Dalam beberapa tahun sejak tahan 90-an, Indonesia pun muncul sebagai negara dengan pangsa pasar yang cukup besar untuk produk maupun jasa penerbitan, TI dan telekomunikasi. Masalahnya, sejauh apakah manfaat yang dapat diraih oleh rakyat Indonesia yang umumnya masih termasuk kelompok masyarakat yang tidak terlalu tertarik untuk berkiprah di bidang produksi dan pengolahan berbasis digital dimana materinya menyangkut data, informasi dan pengetahuan ini? Seberapa jauh kesenjangan digital yang terjadi di dalam masyarakat setelah berbagai perkembangan baru terjadi dalam waktu yang relatif singkat itu?
Sebenarnya ada banyak manfaat yang dapat diraih dengan munculnya kovergensi teknologi yang basisnya digital ini. Namun, lagi-lagi di indonesia kendala utamanya ternyata banyak sekali. Mulai dari kendala teknis, keuangan sampai kendala yang langsung berhubungan dengan manusianya yang kebanyakan nampaknya tergagap-gagap ketika arus besar gelombang digital melanda. Isu kesenjangan digital pun sempat menyeruak kepermukaan. Prakarsa-prakarsa dari masyarakat maupun dari pihak asing supaya Pemerintah Indonesia lebih serius memperbaiki sarana dan prasarana telekomunikasinya pun bermunculan. Tujuannya sangat jelas yaitu supaya masyarakat Indonesia lebih bisa memanfaatkan kemajuan yang terjadi dan mengurangi kesenjangan yang muncul.
“Culture Shock” yang melanda masyarakat kita
Tidak dapat dipungkiri bahwa percepatan di bidang publikasi, teknologi informasi dan telekomunikasi telah menimbukan apa yang disebut futuris terkenal Alvin Toffler disebut “Culture Shock” alias Kejutan Budaya. Kejutan ini mulai nampak dari maraknya pornografi dengan aktor dan aktris lokal, kejahatan kartu kredit, meningkatnya aktivitas hacker dan craker, lahirnya jargon-jargon dengan kata depan “e-“, dan mungkin sekarang hari ini terwakili secara lebih simbolik oleh Tukul Arwana di acara Bukan Empat Mata dengan ungkapan “Kembali ke Lap top”-nya.
Indikasi keterkejutan semakin hari semakin jelas terjadi dimana-mana. Bukan saja dalam hal kepemilikan ponsel atau komputer yang semakin meluas. Dalam segi ketatabahasaan pun terjadi kejutan-kejutan. Kata “Internet” tiba-tiba saja menjadi kata yang populer dimana-mana, melengkapi kosa kata masyarakat dari desa sampai kota. Tiba-tiba saja semua orang seperti terkena demam melekatkan huruf “E” dalam aktivitasnya. Mulai dari E-lifestyle, E-commerce, E-Government sampai yang edan-edan seperti tayangan video porno yang terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Bahasa-bahasa kontemporer pun tiba-tiba muncul seperti bahasa ala SMS yang penuh singkatan-singkatan.
Sisi kejutan yang lebih positif juga mulai muncul. Komunitas-komunitas berbasis digital tumbuh bagai jamur dimusim hujan. Media-media online tiba-tiba saja menjadi pemain yang patut diperhitungkan di industri media masa sebagai media yang bisa menyaingi koran-koran biasa. Di Indonesia warnet tiba-tiba membuka peluang bisnis baru, penyewaan komputer banyak yang kemudian berubah fungsi menjadi Warnet, dan gerai-gerai ponsel tumbuh dimana-mana. Ketika regulasi telekomunikasi semakin longgar operator-operator telepon seluler lahir dan mengambil peran dengan cepat sebagai fasilitator sekaligus mediator yang memungkinkan masyarakat mencicipi kue Konvergensi Publikasi, TI dan Telekomunikasi.
Ini fakta yang menarik karena sekaligus bisnis telekomunikasi yang semula berada dalam naungan monopoli tiba-tiba berubah dengan munculnya pemain-pemain baru di bidang telekomunikasi, baik yang disebut ISP, Warnet, Voip, penyedia telepon seluler, ataupun seseorang dengan ide gila yang membangun media online sendirian.
Masyarakat tentunya diuntungkan karena sektor telekomunikasi menjadi salah satu bidang usaha yang dapat dimasuki lebih leluasa, meskipun kelak ternyata menjadi tidak terlalu leluasa. Tumbuhnya jumlah wartel, warnet, gerai ponsel, content provider, dan vendor-vendor telekomunikasi lainnya mengindikasikan bagaimana masyarakat Indonesia yang semula susah berkomunikasi menjadi tukang berceloteh.
Hari ini kita melihat komputer pribadi, laptop, PDA dan ponsel tidak lagi alat yang ekslusif karena ukuran dan harganya dapat terjangkau masyarakat. Kebiasaan baru yang semula tidak ada tiba-tiba muncul dimana orang mulai merasa tidak lengkap sebelum ponselnya ada disaku atau di tasnya. Setidaknya industri lainnya ikut berkembang juga yaitu industri kantong ponsel, tas ponsel dan asesori lainnya. Pendek kata, bagi masyarakat indonesia, konvergensi teknologi dengan basis digital memang sejauh ini lebih banyak menguntungkan masyarakat meskipun ada diantaranya yang justru menyalahgunakan kemajuan tersebut secara tidak bertanggung jawab.

Perlu Kreativitas Ekstra
Hasil akhir dari konvergensi teknologi berbasis digital yang dimanfaatkan dengan benar mestinya dapat mendongkrak kemampuan masyarakat untuk berkiprah lebih jauh di industri pendukung maupun industri utama yang muncul di sektor penerbitan, penyiaran, teknologi informasi dan telekomunikasi, baik yang melibatkan pembangunan sarana dan prasarana, desain perangkat lunak maupun perangkat keras dan juga kualitas manusianya.
Karena itu, konvergensi di Indonesia harus disikapi dengan kreativitas lebih dan ekstra, dan karena itu pula masyarakat harus berani mengubah pola komunikasi dan kehidupannya sesuai dengan manfaat yang dapat diambilnya dari berbagai kemajuan yang terjadi. Setidaknya, di indusri penerbitan/penyiaran, teknologi informasi, dan telekomunikasi saat ini kita melihat pertumbuhan semacam itu, dan ada peluang luas disana sehingga diharapkan semua regulasi maupun upaya-upaya bisnis yang berhubungan dengan konvergensi teknologi harus dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara utuh, bukan berat sebelah, atau pun bukan hanya menguntungkan kelompok yang mempunyai kecenderungan monopolistik saja.


REFERENSI
Mulyana, Deddy, 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung:Rosda
Preston, Paschal, 2001, Reshaping Communications, Thousand Oaks, Calif. Sage

Tidak ada komentar:

Posting Komentar